Saturday, August 9, 2008

Jurnal Umrahku (Part 1)

Bismillahirrahmanirrahim..
Ku kencangkan kembali dua helai kain putih yang sudah kupakai sejak dari hotel. Ku basuh tubuhku yang letih dengan lembutnya wudhu, ku langkahkan kaki pasti memasuki masjid yang damai itu, Dzulhulaifah. Banyak orang yang lebih mengenalnya dengan Bi'r Ali. Tempat kami memulai ihram (miqat) untuk umrah jika datang ke Mekkah dari arah kota Madinah. Masjid yang nyaman dan teduh. Orang-orang dengan pakaian ihram lalu lalang memasukinya. Ada yang shalat wajib berjama'ah terlebih dahulu, ada juga yang langsung shalat sunnah ihram 2 rakaat, masing-masing. Di tengah masjid ada sebuah taman kecil yang hijau, sebuah hal yang jarang kutemui sejak menginjakkan kaki di Timur Tengah, dimana-mana semuanya hanya pasir dan bebatuan. Disisi lain yang menghadap ke taman, ku lihat anak-anak kecil duduk melingkar dengan Al-Qur'an ditangan mereka. Sesekali bercanda dan tertawa. Ceria sekali, mereka terlihat begitu menikmatinya. Mungkin seperti melihat anak-anak indonesia sedang asyik dengan PS2 nya.

Ya Allah, kapan..bisa kunikmati menghafalkan Qur'an seperti adik-adik kecil di pojok sana..
Ya Rabb, Jadikan Qur'an sebagai cahaya dalam jiwaku..

Setelah shalat sunnah ihram, ku lirihkan dengan kata. "Labbaik Allaahumma Umratan.." Ya Rabb, Aku datang memenuhi seruan-Mu untuk berumrah..Kembali ku hadapkan ruh ku. Jatuh lemah di hadapan-Nya.

Ya Allah, dengan dua helai kain ini, hamba penuhi panggilan-Mu..
Ya Rabb, terima hamba yang lemah ini..hamba datang mengais Cinta-Mu..

Perjalanan lima jam kedepan terisi dengan lirik talbiyah.."Labbaik Allahuma labbaik..Labaik laa syarika laka labbaik, innal hamda wanni'mata, laka wal mulk laa syariika lak" Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, dan tiada sekutu apapun bagi-Mu. Sesungguhnya puji, nikmat, dan kekuasaan hanya bagi-Mu tanpa sekutu apapun bagi-Mu..

Selama perjalanan, ayahku tak henti mengingatkan untuk berhati-hati. Agar tak melanggar larangan ihram. Karena jika disengaja, yang melanggarnya harus membayar dam (jika diuangkan sekitar 20 real). Adapun beberapa dari larangan ihram diantaranya tidak boleh menggunting kuku dan merontokkan rambut dengan sengaja. Malam hari pun tiba, beberapa penumpang bus sudah terlelap, yang lain ada juga yang masih khusyuk dengan lantunan talbiyah dan sholawat.

Akhirnya, Kami memasuki Kota Makkah. Kota dimana Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam lahir. Kota tempat datangnya jutaan muslim di seluruh pelosok dunia. Tak terasa, air mata rindu itu mengalir begitu saja..

Ya Allah, hamba ada di sini, di Makkah..
Ya Rabb, di tanah para nabi dan syuhada..

Setelah menyimpan barang bawaan ke hotel, kami berjalan ke Masjidil Haram. Tak jauh, hanya 5 menit dengan berjalan santai. Puluhan ribu orang berdesak-desakkan bersama kami. Semuanya menuju tempat yang sama. Beberapa dengan pakaian biasa, banyak juga yang masih mengenakan ihram. Dan..Sampailah aku dipintu Bab Malikul Fahd. Sejak Masjidil Haram mengalami renovasi besar-besaran beberapa bulan lalu, pintu Babussalam yang begitu mahsyur tidak dapat digunakan. Jadi konsentrasi massa menumpuk di pintu-pintu lain.

Allahummaftahlii abwaaba rahmatik..
Ku langkahkan kaki, setelah menenteng sandal dengan tangan kiriku. Aku sampai juga. Masjidil Haram. Masjid yang menjadi qiblat seluruh muslim ketika shalatnya. Masjid istimewa, 100.000 kali dibanding shalat di masjid dekat rumahku. Masjid yang Allah muliakan, dan rasulullah cintai. Banyak cerita yang hadir menyeruputi pikiran ini. Tak tahan membayangkannya, aku masih tertunduk.

Setelah masuk ke areal dalam Masjidil Haram [di sana, ada beberapa "layer" untuk sampai ke ring paling dalam], ku beranikan diri untuk menengadah..Dan untuk pertama kalinya, kulihat Ka'bah lengkap dengan putaran manusia yang mengitarinya..
*speechless*
(to be countinue..)

No comments: