Tuesday, September 30, 2008

kontemplasi i'tikafku..

Alhamdulillah, ditengah kesibukkan mengerjakan learning issue (home assignment) dan persiapan skripsi, bisa juga menyempatkan diri untuk ikut I’tikaf. I’tikaf adalah salah satu ibadah yang hukumnya sunnah muakad. Sama dengan shalat rawatib, puasa senin-kamis, dan juga shalat tarawih. Namun, I’tikaf memang tidak se “populer” ibadah-ibadah sunnah yang saya sebutkan tadi. I’tikaf adalah menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah. I’tikaf selalu dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu’alahi wassalam selama sepuluh hari terakhir pada bulan ramadhan.


Tahun ini adalah tahun ke empat saya sebagai mahasiswa kedokteran. Berarti sudah hampir empat tahunsaya tersibukkan dengan tumpukan buku dan tugas yang harus diselesaikan. Tapi, sekali lagi, karena ini tahun keempat saya, saya sudah mulai terbiasa dengan hal-hal itu. Sudah tiga ramadhan telah saya lalui kini, dan alhamdulillah selama itu masih bisa mencuri-curi waktu untuk ikut program i’tikaf yang diadakan di masjid-masjid di Bandung. Ada beberapa masjid yang mengadakan secara khusus program I’tikaf (biasanya berupa taklim ataupun qiyamulail berjamaah). Diantaranya, Masjid Habibburrahman PTDI, Masjid Salman ITB, dan Masjid Daarut Tauhiid. Sejak saya SMA, saya dikenalkan dengan masjid habibburahman oleh teman-teman saya. Masjid ini terletak di dekat bandara husein, sangat luas dan lengkap dengan berbagai fasilitas. Mulai dari kamar kecil yang banyak, tempat wudhu yang luas, dan makanan sahur yang sudah disediakan oleh panitia. Tapi, yang paling menarik dari masjid ini adalah program itikaf yang ditawarkan. Di pagi dan sore hari biasanya ada taklim rutin yang diisi oleh ustadz-ustadz lulusan timur tengah yang sangat kompeten dalam bidangnya.

Dan pada malam harinya, ada qiyamulail berjamaah. Selama sepuluh hari, ditargetkan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an saat qiyamulail. Ya! Berarti setiap malam, kurang lebih 3 juz dihabiskan saat shalat malam. Persis seperti yang dilakukan di Masjidil Haram, Mekkah. Bagi yang belum terbiasa, awalnya akan menimbulkan myalgia di otot-otot kaki, tapi seiring waktu, akan dirasakan juga khusyu’nya qiyamulail. Hal ini, juga didukung dengan bacaan qur’an para imam (yang merupakan para hafizh qur’an) dengan suara yang merdu dan irama yang khas. Kesemuanya mengisi malam-malam kita, dengan taqarrub pada Allah. Diujung malam, saat shalat witir biasanya sang imam membaca doa qunut. Dan seisi masjid pun mengaminkan dengan linangan air mata.. Syahdunya saat-saat itu!


Di fakultas kedokteran, libur lebaran biasanya hanya satu pekan saja. Berbeda dengan fakultas lain yang mungkin sudah libur sejak H-10. Oleh karena itu, setelah I’tikaf malam harinya, pagi harinya harus kembali ke kampus untuk kuliah. Tidak semudah yang dituliskan memang. Karena kuliah berarti harus mengerjakan berbagai tugas dan menyiapkan presentasi untuk tutorial. Tapi, alhamdulillah..Ini semua bisa dilalui. Walaupun lucu juga melihatnya, saat orang lain disekitar pada tilawah, saya dan beberapa teman masih asik mengutak-atik laptop untuk mengerjakan tugas. Atau saat yang lain masih qiyamulail, saya merapat ke belakang shaf untuk mempersiapkan flowchart untuk bahan presentasi. Walau terkadang muncul rasa iri karena yang lain bisa mengoptimalkan sepuluh hari terakhirnya dengan optimal, saya rasa inilah hal yang harus saya perjuangkan. Yang membedakan kami –mahasiswa kedokteran- dengan yang lain. Ada mujahadah tersendiri untuk bisa menyeimbangkannya. Dan pasti, saya yakin Allah Maha Mengetahui dan Maha Adil bagi setiap makhluk-Nya. Akan ada balasan yang indah yang jauh lebih baik dari semua itu..Amiin.


I’tikaf juga menjadi sarana kita untuk berburu lailatul qadr. Tak heran, mengapa itikaf jauh lebih ramai jika malam itu adalah malam ganjil. Biasanya, paling ramai saat malam 27 ramadhan. Mulai dari yang tua, mahasiswa, anak SMU,SMP, dan SD pun ada. Ada beberapa Islamic boarding school yang membuat program khusus untuk siswa nya agar beritikaf bersama dengan para murid lain dan guru juga. Seru juga melihat, satu keluarga lengkap ayah-ibu-dan anak-anak, berkumpul bersama untuk sahur saat itikaf. Ada juga yang bersama-sama dengan teman-teman satu kampus, satu organisasi, satu LDF, ataupun satu kelompok liqo’at/pengajian. Kental sekali nuansa ukhuwwah yang dibangun di saat I’tikaf. Mulai dari shalat berjamaah, tilawah bersama, tidur di tempat yang sama, sampai makan bersama. Dan itu selalu meninggalkan kesan yang dalam bagi saya. Pada setiap I’tikaf disetiap tahunnya, selalu ada pengalaman dan cerita baru yang membuat saya semakin bersyukur. Bahwa Allah masih mengizinkan saya untuk bisa selangkah mendekat pada-Nya dengan beri’tikaf..Alhamdulillah.

1 comment:

Anonymous said...

selamat hari lebaran. minal aizin wal faizin maaf lahir dan batin